Anda Pengunjung ke-

Tuesday, March 18, 2008

2. Tumpang Sari di Perkebunan Kakao

Salah satu jenis tanaman yang paling banyak ditanami bersama dengan kakao adalah kelapa. Dari aspek tanaman kakao, kelapa berperan sebagai tanaman penaung. Tumpang sari kedua jenis tanaman tersebut telah banyak diteliti dan menunjukkan kombinasi yang cukup memuaskan.


1. Tumpang Sari Kakao dengan Kelapa

a. Keuntungan dan Kerugian Tumpang Sari dengan Kelapa

Syarat tumbuh tanaman kelapa dengan kakao secara garis besar sama. Keduanya merupakan tanaman daerah tropis, tumbuh di dataran rendah sehingga menghendaki sifat-sifat iklim dan sifat fisik tanah yang relatif sama.


Perbedaan pokok antara keduanya adalah kebutuhan unsur hara klor (Cl) yang berlawanan. Untuk menopang pertumbuhan dan hasil hasil yang tinggi, tanaman kelapa menghendaki unsur Cl yang cukup. Sebaliknya, bagi tanaman kakao unsur Cl lebih banyak berdampak buruk, baik terhadap pertumbuhan vegetatif maupun buahnya. Perbedaan yang lain adalah kebutuhan ketinggian tempat. Tanaman kelapa akan tumbuh dan berproduksi tinggi jika ditanam di daerah yang ketinggiannya kurang dari 400 mdpl. Namun, kakao dapat di tanam di daerah yang tingginya 0 – 600 mdpl, bahkan lebih dengan produksi yang masih tinggi.


Pengusahaan tanaman kakao di bawah tanaman kelapa merupakan langkah peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam. Dalam pola tanam ini, unsur penting yang digunakan lebih efisien yaitu lahan dan cahaya matahari. Dari aspek lahan, penyebaran akar tanaman kelapa dewasa (umur lebih dari 20 tahun) mencapai kerapatan tinggi hanya sampai batas 2 meter di sekitar pohon dan kedalaman 0 – 60 cm. Pada radius 2 m penyebaran akar kelapa berkisar 76 – 85%. Di luar batas itu, lahan dapat digunakan untuk jenis tanaman lain asalkan toleran terhadap penaungan.


Budi daya tanaman kakao memerlukan pohon penaung yang berfungsi untuk mengurangi intensitas penyinaran, menekan suhu maksimal dan laju evapotranspirasi , serta melindungi tanaman dari angin kencang. Dengan kata lain, pohon penaung berperan sebagai penyangga (buffer) faktor-faktor yang lingkungan kurang menguntungkan pertumbuhan kakao. Tanaman kakao dapat berproduksi tinggi pada kondisi tanpa penaung asalkan semua faktor tumbuh dalam posisi yang optimal. Kenyataannya, kondisi seperti sukar dicapai atau mahal untuk mencapainya. Upaya yang tepat dalam budidaya kakao adalah menggunakan pohon penaung tetapi dengan pengaturan yang baik.


Hasil pengamatan intensitas cahaya matahari di bawah tajuk tanaman kelapa yang berumur 20 tahun dengan jarak tanam 8 x 8 m menunjukkan nilai 60% terhadap penyinaran langsung. Penghambatan kelapa oleh tanaman kelapa tua (umur lebih dari 30 tahun) mencapai 50 – 70% untuk kelapa dalam (103 pohon/ha) dan 60 – 80% untuk kelapa genjah (223 pohon/ha). Kelapa dalam adalah jenis tanaman kelapa yang awal berbuahnya lama. Tinggi penetrasi cahaya matahari dari naungan pohon kelapa berubah seiring dengan umur kelapa, semakin tua umurnya penetrasi cahaya justru semakin besar.


Pengaturan jarak tanam dalam tumpang sari merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan tingkat tersedianya energi matahari dan sebaran sistem perakaran. Mengingat konsentrasi perakaran kelapa terletak pada radius 2 m dari pokok pohon, maka jarak minimum tanaman kakao dari pokok kelapa adalah 3 m. Walaupun akar lateral tanaman kakao tumbuh ke samping sampai batas tajuk tanaman, tetapi distribusi akar yang terbanyak hanya sampai jarak 90 – 120 cm dari pokok tanaman. Thong dan Ng juga menyatakan 89% akar lateral kakao terdapat dalam radius 92 cm dari pokok pohon. Karena itu, jarak kakao ke tanaman kelapa selebar 3 m tersebut dipandang cukup optimal.


Selain aspek kompetisi dari sistem perakaran, persaingan dalam penggunaan cahaya matahari juga perlu mendapat perhatian yang besar. Jarak tanam kelapa monokultur yang optimum adalah 8 x 8m (156 pohon/ha) atau 9 x 9 m (123 pohon/ha). Dengan jarak tanam tersebut populasi kelapa dianggap terlalu banyak untuk pola tanam tumpang sari. Jika tanaman kelapa telah terlanjur ditanam dengan jarak tanam yang optimal, pekebunan dapat memotong beberapa pelepahnya untuk mendapatkan intensitas cahaya yang cukup bagi kakao.


Pada dasarnya pemangkasan ini merugikan kelapa, tetapi hasil penelitian purba cit. Witjaksana (1989) membuktikan pengurangan pelepah kelapa dapat dilakukan sampai jumlah 12,5% dari total pelepah (5 – 6 pelepah) atau tersisa 12 – 14 pelepah per pohon. Agar pemangkasan itu tidak terlalu merugikan, disarankan memotong daun yang paling bawah. Menurut Akuba (1994), untuk menopang produksi yang tinggi setiap tanaman kelapa cukup memiliki 18 pelepah daun. Jika diperlukan cahaya yang lebih banyak lagi, populasi kelapa harus dikurangi. Hasil percobaan di Malaysia menunjukkan pengurangan populasi tanaman kelapa akan menurunkan produksi kelapa tetapi meningkatkan hasil buah kelapa dan kakao per pohon.


Penelitian mengenai tumpang sari kakao dan kelapa di Jawa Timur telah membuktikan bahwa produksi kakao dengan penaung kelapa adalah normal dan cukup mantap seperti pola tanam monokultur. Pramono dan Wignjosoemarto melaporkan hal itu pada jarak tanam kelapa 12 x 8 m atau 104 pohon/ha dan jarak tanam kakao 3 x 2 m atau 1.152 pohon/ha.


Dari suatu hasi penelitian, dinyatakan bahwa dengan mengatur jarak tanam kelapa, kompetisi penggunaan cahaya matahari serta penyerapan air dan unsur hara dapat diperkecil. Karena itu, tanaman kelapa dipakai sebagai penaung kakao yang cukup baik. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan tata tanam yang tepat, yaitu populasi kelapa maksimal 100 pohon/ha, jarak tanam kakao ke kelapa minimum 3 meter, dan polulasi kakao minimum 1.000 pohon/ha. Dalam keadaan darurat, pengaturan penyediaan cahaya matahari agar sesuai dengan kebutuhan kakao dapat dilakukan dengan memangkas sebagian pelepah tua tanaman kelapa.


Sebagai tanaman penaung kakao, kelapa memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis tanaman penaung lainnya. Menurut Bakri et al. (1989) keunggulan tersebut sebagai berikut.

  1. Kelapa relatif tahan kering dan tidak menggugurkan daun selama musim kemarau.


  2. Bentuk tajuk dan sistem perakaran yang kuat menyebabkan kelapa tahan terhadap embusan angin kencang. Peran kelapa sebagai tanaman pematah angin (windbreak) adalah cukup efektif dan ekonomis.


  3. Dari aspek penaungan, tajuk kelapa termasuk mudah diatur. Dengan cara memotong sebagian pelepahnya , jumlah naungan yang dikehendaki mudah disesuaikan. Dalam keadaan normal pemangkasan rutin tidak perlu dilakukan karena pelepah yang sudah tua dan kering akan gugur dengan sendirinya sehingga tidak akan terjadi kelebihan naungan karena jumlah pelepah daun relatif tetap.


  4. Bila tanaman kelapa sudah dewasa akan terdapat jarak yang cukup lebar antara tajuk kelapa dan tajuk kakao. Keadaan ini akan menciptakan sirkulasi udara yang baik sehingga membantu sanitasi kebun secara keseluruhan.


  5. Tanaman kelapa akan memberikan nilai tambah yang mempunyai nilai ekonomis besar baik dari hasil buah, pelepah kering, atau batangnya.


  6. Secara tidak langsung, tanaman kelapa membantu pengendalian helopeltis secara biologis karena semut hitam (Dolichoderus tharacicus) suka bersarang di pohon kelapa sehingga Helopeltis akan terusik dan menyingkir.

Di samping keunggulan yang telah diuraikan, kelapa memiliki beberapa kekurangan yang menyebabkan kekhawatiran pekebun jika digunakan sebagai penaung kakao. Namun, banyak juga penelitian yang membuktikan bahwa kekurangan tersebut bersifat teknis yang dapat diatasi dan secara ekonomi tidak membawa kerugian yang yang berarti.

  1. Persaingan dalam penyerapan air dan hara karena kedua tanaman ini mempunyai penyebaran sistem perakaran yang dekat dengan permukaan tanah. Meskipun demikian, hasil pengamatan di Sumatera yang membandingkan penaung kelapa dengan lamtoro (Leucaena sp.) membuktikan produksi kakao dengan kedua jenis pelindung tersebut relatif sama.


  2. Kemungkinan kerusakan tajuk kakao karena kejatuhan pelepah kering dan buah kelapa.


  3. Kelapa bukan termasuk suku Leguminoceae sehingga tidak dapat menambat N seperti penaung dari jenis lamtoro.


  4. Tanaman kelapa merupakan inang berbagai jenis hama yang juga dapat menyerang kakao, seperti tupai, tikus, berbagai jenis ulat pemakan daun, belalang, dan penyakit Phytophthora palmivora yang sering menyerang umbut kelapa. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kelapa karena tanaman yang terserang akan mati.

b. Jenis Kelapa


Untuk mendapatkan jenis naungan yang ideal bagi tanaman kakao perlu dipilih kultivar-kultivar kelapa yang tepat. Kelapa dalam (tall) dan kelapa hibrida adalah jenis yang cocok sebagai tanaman penaung karena cepat tumbuh dan hasil kelapa hibrida lebih banyak. Kelapa yang tajuknya mengarah ke atas seperti jenis tenga dari Sulawesi akan meneruskan sinar matahari lebih banyak dan merata sehingga lebih cocok dibandingkan dengan jenis kelapa yang tajuknya terbuka. Kelapa dengan jumlah pelepah sedikit juga lebih sesuai dibandingkan dengan kelapa yang pelepahnya padat. Untuk memperoleh penaungan yang cukup sepanjang tahun, kelapa dalam polynesia dan karkar yang peka serangan penyakit sebaiknya dihindari.

c. Jadwal Tanam

Dalam pola tanam tumpang sari, jadwal tanam memegang peranan penting karena melibatkan banyak tanaman yang menghendaki syarat tumbuh yang berbeda. Karena sifat fisiologis tanaman kakao menghendaki naungan, sebelum ditanam pohon pelindung harus sudah berfungsi baik. Peranan pohon pelindung (penaung) bagi tanaman kakao muda sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan awal dan produksi.


Untuk mendapatkan pelingung yang cukup, minimum satu tahun sebelum bibit kakao dipindahkan ke kebun, bibit kelapa sudah harus ditanam. Lebih baik lagi jika kelapa ditanam 3 – 4 tahun sebelumnya. Penanaman kelapa yang lebih awal bertujuan agar pertumbuhan tajuk kelapa tidak mengganggu pertumbuhan kakao.


Penaung sementara Gliricidia sp. ditanam bersamaan dengan tanam kelapa atau satu tahun sebelum menanam kakao. Gliricidia sp. diperlakukan sebagai tanaman penaung sementara karena nantinya akan dibongkar setelah tajuk kelapa berfungsi secara optimal. Pertumbuhan cabang Gliricidia sp. perlu diatur sehingga memberikan perlindungan yang cukup. Pada umur tiga bulan, cabang Gliricidia sp. cukup disisakan 3 – 4 cabang yang arah pertumbuhannya ke atas.Setelah bibit kakao ditanam, tanaman penaung Gliricidia sp. perlu dikurangi percabangannya setiap tiga bulan dengan meninggalkan tiga cabang dan menyisakan satu cabang ketika kakao berumur sembilan bulan. Setelah kakao mulai berbunga (umur 18 bulan) populasi Gliricidia sp. dikurangi setengahnya. Setelah kakao berumur empat tahun, semua Gliricidia sp. yang masih tersisa dimusnahkan karena tanaman kelapa telah berfungsi baik sebagai penaung.

    (Sumber : Panduan Budidaya Tanaman Kakao, 2006)

    No comments: