Anda Pengunjung ke-

Sunday, March 9, 2008

3. Pemuliaan Untuk Mendapatkan Bahan Tanam Unggul

Untuk mendapatkan bahan tanam unggul kakao diperlukan usaha pemuliaan tanaman yang dilakukan dalam waktu cukup lama. Upaya tersebut meliputi kegiatan koleksi plasma nutfah, pengujian klon dan pengujian keturunan, serta pemilihan individu pohon terpilih untuk menghasilkan klon baru.

Kegiatan tersebut dilakukan secara berkesinambungan agar diperoleh bahan tanam unggul yang bersifat sebagai berikut:

1. Potensi produksi tinggi dan cepat menghasilkan buah.

2. Kualitas dan mutu hasilnya sesuai dengan keinginan konsumen.
  • Berat per biji kakao kering lebih dari 1 gram.
  • Kandungan lemak biji lebih dari 55%.
  • Persentase kulit ari kurang dari 12%.

3. Toleran terhadap hama dan penyakit.

1. Koleksi Plasma Nutfah

Koleksi plasma nutfah merupakan sumber material genetis yang penting dalam usaha pemuliaan tanaman untuk menghasilkan bahan tanam unggul. Koleksi plasma nutfah kakao dibuat dalam bentuk pertanaman atau kebun koleksi yang tersusun atas macam-macam klon kakao. Untuk memperkaya sumber daya genetik, usaha koleksi dan eksplorasi plasma nutfah kakao terus dilaksanakan dengan melakukan koleksi klon-klon lokal, introduksi klon dari luar negeri, atau klon-klon baru dari hasil seleksi pohon secara individu.

2. Pengujian Klon Kakao

Mendapatkan bahan tanam yang memiliki sifat sesuai dengan yang diinginkan perlu dilakukan pengujian dan seleksi. Tindakan ini dapat dilakukan dengan mengamati percobaan pengujian klon-klon kakao sebagai berikut.

  • Pertumbuhan dan prekositasnya (sifat cepat atau lambat dalam pembungaan dan pembuahan awal).
  • Daya hasil dan mutu hasilnya.
  • Ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit utama dari hasil pengujian klon dapat diperoleh klon-klon terpilih yang dapat digunakan sebagai bahan tanam atau bahan persilangan dalam pembuatan kakao hibrida.

3. Persilangan Antar Klon dan Pengujian Kakao Hibrida

Tanaman kakao memiliki keragaman yang tinggi, baik bentuk buah, warna buah, besar biji, maupun ketahanannya terhadap hama dan penyakit. Menurut Wood (1975), jika dua tanaman hasil seleksi dari populasi yang secara genetis berbeda akan muncul sifat hibrida kuat (hybrid vigor) dan tanaman hibridanya memiliki sifat pertumbuhan yang pertumbuhannya cepat (jagur) serta produktivitasnya tinggi. Karena itu, untuk mendapatkan bahan tanam kakao unggul dapat dilakukan persilangan antar klon kakao yang telah terseleksi dan memiliki sifat unggul tertentu. Contohnya, persilangan antar klon DR, ICS, TSH, dan UIT yang memiliki biji besr dengan klon Sca 6 atau Sca 12 yang memiliki biji kecil tetapi tahan terhadap penyakit utama kakao seperti penyakit busuk buah Phytophtora palmivora.
Pada persilangan tersebut, klon yang berbiji besar digunakan sebagai pohon induk, sedangkan klon yang tahan terhadap penyakit digunakan sebagai sumber pollen atau pohon pejantan. Dari hasil persilangan ini diharapkan dapat dihasilkan tanaman hibrida yang memiliki daya hasil tinggi, mutu baik (biji besar), serta tahan terhadap hama dan penyakit.
Dari hasil persilangan antar klon di atas, tanaman hibrida masih harus melalui beberapa tahap pengujian seperti pengujian klon. Hibrida terpilih dapat diperbanyak dikebun benih untuk menghasilkan bahan tanam kakao hibrida unggul.

4. Seleksi Pohon Induk

Selain beberapa usaha di atas, untuk mendapatkan klon baru yang memiliki daya hasil lebih tinggi perlu dilakukan seleksi individu pohon untuk memperoleh pohon induk terpilih. Dari pengamatan secara invidual, pohon kakao yang memiliki daya hasil lebih dari 200% dibandingkan dengan rata-rata daya hasil populasinya dapat dipilih sebagai pohon induk. Pohon kakao yang terpilih tadi dimasukkan ke dalam kebun koleksi dan digunakan untuk pengujian lebih lanjut.

(Sumber : Panduan Budidaya Tanaman Kakao, 2006)

No comments: