Anda Pengunjung ke-

Saturday, April 19, 2008

4. Pemanfaatan Lahan Selama Persiapan Areal dan Sebelum Tanaman Kakao Menghasilkan

Pengusahaan tanaman pangan sebagai precropping selama membangun pohon pelindung merupakan usaha intensifikasi, memanfaatkan waktu luang, serta mendapatkan nilai tambah suatu unit usaha tani. Pada dasarnya, lahan kosong disekitar tanaman penaung kakao dapat dimanfaatkan untuk usaha bertanam berbagai jenis tanaman semusim. Namun, pemilihan tanaman semusim perlu disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar, musim, serta iklim mikro yang ada. Kaitannya dengan tambahan pendapatan, perhitungan sosial ekonomi juga perlu mendapat perhatian yang memadai.

Penelitian precropping pernah dilakukan di Sumatera Utara dengan empat macam perlakuan sebagai berikut. Perlakuan A merupakan kontrol yang terdiri dari lamtoro klon L2 dan Moghania sp. Perlakuan B adalah L2 + Moghania sp. + precropping, perlakuan C adalah L2 + precropping, dan perlakuan D adalah L2 + precropping + Calopogonium sp.

Precropping yang digunakan berturut-turut adalah kedelai, kacang tanah, dan jagung. Pada perlakuan D jagung diganti dengan Calopogonium sp.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan produksi tanaman pangan hanya sebesar 50% dari produksi monokultur. Penyebab utamanya adalah luas lahan efektif yang dapat ditanami hanya 51 – 63%. Penyebab lainnya adalah jenis dan rotasi tanaman belum tepat; musim hujan tidak tepat; serta terjadi kompetisi air, hara, dan cahaya antara tanaman penaung dan tanaman pangan. Meskipun demikian analisis ekonomi pola tersebut memberikan tambahan pendapatan yang cukup besar.

Dari tiga macam precropping yang dikaji, model perlakuan C (lamtoro dan precropping) memberikan keuntungan paling besar yaitu 3,8 kali keuntungan B dan dua kali keuntungan D. Pengaruh precropping terhadap pertumbuhan dan produksi kakao yang ditanam menunjukkan dampak yang positif. Limbah dari kedelai, kacang tanah, dan jagung bisa menambah bahan organik tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan fisik dan kimia lahan. Hal ini merupakan keuntungan tambahan yang tidak mungkin diperoleh dari pola tanaman monokultur.

Penelitian precropping yang dilakukan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menunjukkan hasil yang senada. Empat jenis tanaman pangan yaitu jagung, sorgum, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau masing-masing ditanam secara monokultur di antara barisan Moghania macrophylla yang telah berumur delapan bulan. Selain keempat jenis tanaman tersebut dilakukan penanaman secara tumpang sari. Sebelum ditanam, penaung sementara dipangkas hingga tersisa 50 cm dari permukaan tanah.

Hasil penelitian di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menyatakan precropping sebaiknya ditanam bersamaan atau lebih awal daripada penanam tanaman penaung sementara dan penaung tetap. Jika penanamannya lebih lambat perlu dipilih jenis tanaman yang mampu bersaing untuk mendapatkan sinar matahari, seperti jagung dan sorgum. Jenis-jenis yang tajuknya rendah sebaiknya hanya digunakan pada tahap pertama yaitu bersamaan ketika menanam penaung.

Selama tanaman pokok sudah ditanam, tumpang sari masih mungkin dilakukan dengan cara memilih jenis tanaman yang mampu bersaing memperoleh sinar matahari dan unsur hara. Penelitian terhadap tanaman kopi yang dilakukan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menunjukkan jagung menghasilkan B/C sebesar 1,53 selama Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) I tanpa menimbulkan gejala terganggunya pertumbuhan tanaman pokok.

Tidak berbeda jauh dengan tanaman semusim dan pisang, beberapa jenis tanaman yang dipakai sebagai tanaman sela kakao oleh beberapa negara produsen kakao di Afrika dan India adalah talas (Colocasi sp.), gude (Cajanus cajan), pepaya (Carica papaya), nanas (Ananas comosus), lada (Piper nigrum), singkong (Manihot esculenta), dan jarak (Ricinus communis).

Sumber : Panduan Budidaya Tanaman Kakao, 2006


No comments: