Iklim merupakan faktor yang meliputi curah hujan, suhu, kelembapan udara, penyinaran matahari, dan kecepatan angin yang antar unsur tersebut mempunyai hubungan yang rumit. Iklim mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao. Karena itu, unsur ini perlu diperhatikan dalam membuat penilaian kesesuaian lahan. Sebaran curah hujan lebih berpengaruh terhadap produksi kakao dibandingkan dengan jumlah curah hujan yang tinggi. Alvim (1979) menunjukkan bahwa keragaman produksi kakao dari tahun ke tahun lebih ditentukan oleh sebaran curah hujan dari pada oleh unsur iklim yang lain. Jumlah curah hujan memengaruhi pola pertunasan kakao (flush). Curah hujan yang tinggi dan sebaran yang tidak merata akan berpengaruh terhadap flush dan berakibat terhadap produksi kakao.
Pertumbuhan dan produksi kakao banyak ditentukan oleh ketersediaan air sehingga kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di tempat yang jumlah curah hujannya relatif sedikit tetapi merata sepanjang tahun. Pengelolaan air khususnya pada musim kemarau di tanah yang daya simpan airnya rendah menentukan produksi kakao.
Proses fisiologi tanaman kakao juga dipengaruhi oleh suhu udara. Suhu udara yang rendah akan menghambat pembentukan tunas dan bunga (Alvim, 1979) sedangkan suhu udara yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan pucuk dan mendorong pertumbuhan cabang serta mengakibatkan daun-daun kurang berkembang (Wood, 1975). Kelembapan udara berkaitan erat dengan curah hujan dan suhu udara. Unsur ini berhubungan dengan timbulnya penyakit yang menyerang kakao. Pada curah hujan yang tinggi, 3 – 6 hari berturut-turut akan menyebabkan kelembapan udara tinggi dan munculnya cendawan Phytophthora palmivora yang menjadi penyebab penyakit busuk buah.
Sifat-sifat tanah yang memengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman adalah sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara mikro dan makro dalam tanah, kejenuhan basa, kapasitas pertukaran kation, pH atau kemasaman tanah, dan kadar bahan organik relatif mudah diperbaiki dengan teknologi yang ada. Sementara itu, sifat fisik tanah yang meliputi tekstur, struktur, konsistensi, kedalaman efektif tanah (solum), dan akumulasi endapan suatu unsur (konkresi) relatif sulit diperbaiki meskipun teknologi perbaikannya telah ada. Sifat biologi tanah belum menjadi pertimbangan dalam melakukan penilaian kesesuaian lahan, karena hubungannya belum banyak diketahui secara pasti. Secara tidak langsung sifat tersebut memengaruhi pertumbuhan tanaman.
Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu diatas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorpsi) hara, dan daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorpsi menandakan bahwa daya pegang tanah terhadap unsur-unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk diserap akar tanaman.
Kadar hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman harus dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi kakao. Setiap variasi umur kakao menghendaki jenis dan jumlah hara yang berbeda.Kemampuan tukar kation merupakan kemampuan tanah untuk menyerap hara dan melepaskan kembali untuk diserap akar. Tanah yang baik untuk kakao menghendaki kemampuan tukar kation yang tinggi karena umumnya tanahnya subur demikian juga dengan kejenuhan basanya. Semakin tinggi kejenuhan basanya, tanah tersebut semakin subur dan baik untuk kakao.
Tujuan penilaian kesesuaian lahan adalah untuk mengetahui potensi sumber daya lahan yang dapat dipergunakan untuk suatu usaha budidaya tanaman tertentu. Pengetahuan tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan tanaman tertentu, dan dapat menentukan langkah-langkah pengelolaan secara rasional dan optimal serta tetap dapat melestarikan sumber daya lahan tersebut.
Klasifikasi kesesuaian lahan bertujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan suatu tanaman, sehingga diperoleh informasi untuk melakukan tindakan pengelolaan selanjutnya.
Metode klasifikasi kesesuaian lahan kakao yang digunakan adalah metode yang dikembangkan oleh Food of Agricultural Organization (FAO). Metode ini lebih menekankan pada kondisi lahan pada saat evaluasi, tanpa adanya perbaikan yang berarti. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat sebagai lembaga rujukan utama dalam bidang pertahanan untuk pertanian di Indonesia banyak bekerjasama dengan FAO.Struktur sistem klasifikasi kesesuaian lahan kakao terdiri atas empat kategori sebagai berikut:
- Ordo kesesuaian lahan (order) menunjukkan jenis atau macam kesesuaian.
- Kelas kesesuaian lahan (class) menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
- Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam subkelas.
- Satuan kesesuaian lahan menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan didalam subkelas.
Kesesuaian lahan dalam tingat ordo menunjukkan sesuai atau tidaknya lahan untuk penggunaan tertentu. Karena itu berdasarkan kesesuaian lahannya, ordo dibagi menjadi dua seperti berikut.
- Ordo S atau Sesuai (suitable). Lahan yang dapat digunakan untuk maksud tertentu, tanpa atau dengan sedikit risiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan yang diharapkan akan melebihi masukan yang diberikan.
- Ordo N atau tidak sesuai (not suitable). Lahan yang tidak dapat digunakan untuk maksud tertentu karena mempunyai faktor pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaanya secara lestari.
Kelas kesesuaian lahan terdri atas tiga kelas yang menunjukkan tingkat kesesuaiannya dari kelas yang tertinggi hingga yang terendah.
- Kelas S1. Lahan yang sangat sesuai, yaitu lahan tanpa faktor pembatas nyata apabila digunakan, atau hanya sedikit pembatas yang tidak secara nyata mengurangi produkstivitas dan keuntungan serta tidak meningkatkan masukan melebihi aras taraf yang dapat diterima.
- Kelas S2. Lahan yang cukup sesuai, yaitu lahan dengan faktor-faktor pembatas yang apabila bekerjasama akan menghambat dukungan pertumbuhan tanaman tertentu. Penghambat tersebut akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan sehingga ada keuntungan keseluruhan yang diperoleh dari penggunaan tersebut.
- Kelas S3. Lahan yang kurang sesuai, yaitu faktor-faktor pembatas yang apabila bekerjasama akan sangat menghambat dukungan terhadap pertumbuhan tanaman tertentu. Penghambat tersebut sangat mengurangi produktivitas atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperoleh dari penggunaan sangat rendah, bahkan tidak untung. Pemakaian lahan kelas ini dipertimbangkan marginal (membutuhkan input besar untuk memperoleh hasil cukup sehingga keuntungan terbatas).
Subkelas yang mencerminkan jenis faktor pembatas atau perbaikan yang diperlukan dalam kelas (Anonim, 1976). Subkelas dinyatakan dengan simbol huruf kecil yang menyatakan peringatan adanya pembatas tertentu.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penilaian lahan dan membuat kelas kesesuaiannya meliputi tiga hal sebagai berikut.
- Mengumpulkan data yang terkait dengan kualitas dan sifat lahan, umumnya dilakukan dalam bentuk survai tanah.
- Menentukan kebutuhan tanaman sesuai dengan syarat tumbuhnya.Membandingkan antara sifat dan kualitas lahan dengan syarat tumbuh tanaman.
Seperti halnya langkah penilaian kesesuaian lahan pada umumnya, pada kakao tahapan aktivitas yang sama juga dilakukan. Klasifikasi lahan kakao ini ditekankan pada faktor pembatas, sehingga kelas lahan ditulis berdasarkan faktor pembatas yang ada.
(Sumber : Panduan Budidaya Tanaman Kakao, 2006)
No comments:
Post a Comment